welcome to my blog :)

Sabtu, 21 Desember 2013

TERIMA KASIH AYAH'KUU TERSAYANG :*

 Ayah….

Jasamu begitu besar untuk keluarga

Engkau tak pernah lelah untuk menafkahi kami

Engkau rela menaiki gunung

Engkau rela menyebrangi lautan

Engkau rela menuruni lembah

Hanya untuk mencari nafkah untuk kami

Ayah….

Engkau adalah pahlawan keluarga

Engkau dengan gagah berani melawan setiap rintangan

Engkau dengan gigih melawan badai kehidupan

Hanya demi menghidupi kami

Ayah….

Dengan apa aku harus membalas semua jasa-jasamu

Ayah….

Jasamu takkan pernah terbayar oleh apapun jua

Ayah….

Aku hanya bisa mengucapkan 1 kata padamu….

 

 

“TERIMA KASIH”….

“TERIMA KASIH AYAH”….

Senin, 28 Oktober 2013

Strategi Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran merupakan terjemahan kata instructionmengandung makna tidak hanya ada dalam konteks guru – murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik, dan dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi kurikulum. Untuk mengetahui apakah pembelajaran itu efektif atau efisien, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran.Ciri utama kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran adalah merupakan suatu system, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen sebagai berikut: tujuan, materi / bahan ajar, metode pengajaran, media, evaluasi, siswa dan guru. Strategi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen di dalam system pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh factor-faktor, antara lain: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / siswa, fasilitas, waktu dan guru.

Persoalan berikut ini adalah bagaimana melaksanakannya di dalam proses belajar mengajar atau proses pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan tercapai. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau strategi belajar mengajar (SBM). Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
B.    Rumusan Masalah
Sesuai dengan pemaparan di atas di temukan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.         Apa pengertian  strategi belajar mengajar ?
2.         Mengapa strategi penting dalam proses pembelajaran ?
3.         Komponen-komponen proses belajar mengajar ?

C.    Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mampu memahami apa itu strategi belajar mengajar, memahami pula seberapa pentingnya strategi belajar mengajar (SBM) dalam proses pembelajaran serta mengetahui komponen-komponen proses belajar mengajar.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Jika kita simak istilah strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun isilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegitan guru anak didik dalam perwujudan kegitan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau bisa dikatakan strategi belajar mengajar merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Agar Anda memperoleh pemahaman yang medalam tentang makna dan hakikat strategi pembelajaran cermatilah pengertian strategi pembelajaran ( SBM ) sebagai berikut :
Adapun beberapa pengertian strategi belajar mengajar menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a)    Hamzah B. Uno ( 2008:45)
Strategi pembelajaran adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
b)    Dick dan Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.

c)    Suparman (1997:157)
Strategi pembelajaran adalah merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan,dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
d)    Gerlach dan Ely (1990)
Strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
e)     Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
f)    Hilda Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau urutan tongkah laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.
g)    Moedjiono (1993)
Strategi Pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
h)    J.R David (1976) Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :
a.    Menidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.    Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasidan pandangan hidup masyarakat.
c.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
d.    norma-norma Menetapkan dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegitan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balikbuat penyempurnaan yang bersangkutan secara keseluruhan.


B.    Pentingnya Strategi dalam Proses Belajar Mengajar
Kegiatan mengajar seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik berbeda dengan belajar yang tidak selamanya membutuhkan kehadiran guru. Mengajar merupakan kegiatan muthlak yang memerlukan keterlibatan individu anak didik. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu : proses mengatur, menngelola kelas,  mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat mendukung siswa dalam melakukan proses belajar mengajar. Pada tahap selanjutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau arahan kepada anak didik dalam proses belajar-mengajar.
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak karena banyaknya anak yang bermasalah. Dalam belajar ada anak yang cepat mencerna materi yang diberikan, sedang dan ada pula yang lamban, dengan ini seorang guru dituntut untuk mengatur strategi yang sesuai dengan keadaan anak didik. Jadi jika hakikat belajar adalah perubahan maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
Media sumber belajar merupakan alat bantu yang berguna dalam proses belajar mengajar yang dapat mewakili  sesuatu yang disampaikan guru. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang rumit dapat tercapai dengan adanya alat bantu. Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru adalah satu-satunya dengan memanfaatkan variasi alat bantu. Dalam pengembanganvariasi mengajar tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses bbelajar mengajar.
Telah kita ketahui bahwa pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada peserta didik. Karena merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan strategi yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.
Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan  Setiap strategi pembelajaran (SBM) memiliki ranah pembelajaran tersebut ada 3, yaitu:
    Ranah kognitif atau ranah perubahan pengetahuan mencakup unsur fakta, pemahaman, dan aplikasi.
    Tingkat fakta adalah suatu konsep tunggal dan menggunakan kata kerja seperti mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyebutkan.
    Tingkat pemahaman menempatkan dua konsep atau lebih kata kerja khas yang termasuk disini adalah menggambarkan, membandingkan, dan menyebutkan.
    Tingkat pemahaman menempatkan dua konsepa atau lebih. Kata kerja khas yang termasuk disini adalah menggambarkan, membandingkan, dan mengkontaskan.
    Tingkat aplikasi adalah menempatkan dua konsep atau lebih secara bersama untuk membentuk sesuatu yang baru kata kerja tipikal yang digunakan pada tingkat ini adalah menjelaskan, mengaplikasikan, dan menganalisis.
    Ranah afektif atau rana perubahan sikap-perilaku  didasarkan pada aspek perilaku dan dapat dilabelkan sebagai “ keyakinan atau kepercayaan”. Tiga tingkat dari ranah afeksi adalah kesadaran, pembedaan dan integrasi.
    Kata kerja untuk ranak afektif biasanya terbatas pada kata-kata seperti menampilkan, menunjukkan, dan menerima yang berlaku untuk semua tingkat.
    Tingkat kesadaran dan pembedaan adalah level kognisi.
    Integrasi adalah perilaku dan mensyaratkan pelajar untuk mampu mengevaluasi dan mensintesis.

    Ranah psikomotorik atau ranah perubahan/peningkatan keterampilan. Tiga tingkat instruksional praktis mencakup peniruan, ranah psikomotorik menkerucutkan pada suatu demonstrasi penampilan.
    Tingkat pertama, peniuan secara sederhana merupakan suatu demonstrasi di bawah bimbingan instuktur.
    Tingkat praktek merupakan pengalaman pembentukan keterampilan yang mungkin dilakukan oleh karyawan tanpa bimbingan langsung dari instruktur.
    Tingkat kebiasaan dicapai ketika keryawan dapat menampilkan keterampilan dua kali waktu juka dilakukan oleh instruktur atau seorang ahli penampilan demonstrasi dan pembentukan keterampilan bersifat alami. Penilaian akan berbentuk tes ekterampilan konten yang diperlukan untuk diketahui dalam melakukan keterampilan adalah kognisi dan harus dipelajari.

strategi belajar mengajar ini sangat penting dalam mencapai tujuan dari kegiatan belajar mengajar berupa adanya perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme.
Dan dari 4 (empat) dasar strategi belajar mengajar yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diantara dasar yang satu dengan yang lain saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan.
Dari pelaksanaan strategi belajar mengajar yang tepat, tentunya diharapkan pembelajaran dapat mencapai tujuan pendidikan yang baik di suatu institusi pendidikan atau sekolah yang selanjutnya dapat mendukung tercapainya perwujudan tujuan pendidikan secara nasional. Semoga.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Ini berarti tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan metde yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan.

Oleh karena itu, SBM merupakan komponen terpenting dalam sistem pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar untuk memberi pemahaman peserta didik agar tujuan pembelajaran itu bisa tercapai. Akan tanpa tetapi dalam kegiatan strategi bila tidak di dampingi oleh komponen-komponen kurikulun seperti pendekatan, metode, model, tehnik, dan lain sebagainya, proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru terhadap siswanya tidak akan berjalan efektif dan efesian.

C.    Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar
Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul “metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.

1)    Guru ( Pendidik ) dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto (2001:31), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah:
•    Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality),
•    Mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik,
•    Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat dan
•    Sikap profesionalnya berkembang secara bersinambungan.

Sedangkan menurut wardiman djojonegoro yang dikutip oleh suyanto (2001:33). Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kreteria utama, yaitu :
•    Kemampuan profesional, meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerja;
•    Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentranspormasikan kemampuan professional yang dimilikinya kedalam tindakan mendidik dan mengjar secara nyata,
•    Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional, menunjukan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentarsikan untuk tugas-tugas profesinya; dan 4) kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, disini gur u dituntut untuk dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil.

Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi pendidikan dan pengajaran terjalin intraksi antara dan guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan intraksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.


Sehubungan dengan itu sukmadinata ( 2004 : 252 ) menjelaskan fungsi / tugas seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1.    Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain serta sudah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan dan mampu bersikap obyektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.
2.    Tugas utama guru sebagai pengajar  adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan afektif dan keterampilan.
3.    Guru Sebagai Pembimbing, selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.
4.    Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, baik itu tentang segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya. Serta segala latar belakangnya agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrap, melakukan pendekatan serta mengadakan dialog-dialog secara langsung.

Selain fungsi seorang guru/ pendidik dalam proses pembelajaran juga seorang guru dituntu memiliki sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru adlah sebagai berikut :
•    Fleksibel, seorang guru adalah seorang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik dalam nilai-nilai maupun dalam ilmu pengetahuan. Guru juga harus bisa bertindak bijaksana, terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat.
•    Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri.
•    Berdiri sendiri, seorang guru adlah seorang yang telah dewasa, ia telah sangup berdiri sendiri baik secara intelektual, sosial maupun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual, berarti ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar juga telah memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dan mengambil suatu putusan atau pemecahan masalah.
•    Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para siswanya.
•    Tekun, pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik didalam memrsiapkam, melaksankan, menilai maupun membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan datang,
•    Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan dating.
•    Menerima diri, seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya ( sukmandinata, 2004 : 256-258 ).



Dimyati dan mudjiono (2006 : 41 ) mengatakan tugas seorang guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus harus mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, prisnsip-prinsip belajar sebagai berikut :
•    Perhatian dan motivasi, perhatian dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
•    Keaktifan, anak memupunyai dorongan untuk berbuat sesuatu
•    Ketertiban langsung / pengalaman, belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa.
•    Pengulangan, melatih daya-daya jiwa dan membentuk respon yang benar dan bentuk kebiasaan-kebiasaan
•    Tantangan, dalam belajar siswa tentu memiliki hambatan yaitu mepelajari bahan belajar, maka timbulah motif yang mengatasi hambatan itu dengan belajar.

2)    Peserta Didik
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
3)    Tujuan Pembelajaran
Pada hakekatnya  tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.


4)    Gaya Hidup
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainya untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional kedalam program tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib di kembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :
•    Tujuan yang dikehendaki harus jelas, oprasional mudah terlihat, ketepatan program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.
•    Program ini harus sederhana atau fleksibel.
•    Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan
•    Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya
•    Harus ada koordinasi antara kompone pelaksana program disekolah (Mulyasa, 2006 : 41 ).

5)    Metode Mengajar
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.





6)    Media
Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh pengunaan media pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang mengartikan secara sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau alat peraga. Tapi ada pula yang mengartikan secara luas termasuk juga sumber-sumber belajar selain buku, jurnal, adalah perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.
7)    Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 ).

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Strategi merupakan kegiatan pembelajaran yang di harus dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran dan disertai oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat di capai secara efektif dan efesien. Sebab itu kedudukan strategi dalam proses pendidikan khususnya dalam dunia pendidikan dikatakan sangat penting . Oleh karena itu, SBM merupakan komponen terpenting dalam sistem pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar untuk memberi pemahaman peserta didik agar tujuan pembelajaran itu bisa tercapai. Akan tanpa tetapi dalam kegiatan strategi bila tidak di dampingi oleh komponen-komponen kurikulun seperti pendekatan, metode, model, tehnik, dan lain sebagainya, proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru terhadap siswanya tidak akan berjalan efektif dan efesian. Oleh karena itu guru harus dan di wajibkan untuk menguasai hal-hal tersebut.
Proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan  Setiap strategi pembelajaran (SBM) memiliki ranah pembelajaran tersebut ada 3, yaitu:
    Ranah kognitif atau ranah perubahan pengetahuan;
    Ranah afektif atau rana perubahan sikap-perilaku; dan
    Ranah psikomotorik atau ranah perubahan/peningkatan keterampilan.








DAFTAR PUSTAKA
Anitah sri. 2007. “ Strategi Pembelajaran di SD ”. Jakarta : Universitas Terbuka
www.studyinphilippines.com
www.en.wikipilipinas.org/index.php?title=Philippine_Education_for_All


SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA SETIAP PERIODISASI SASTRA



1.    PUJANGGA LAMA
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20, pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan semenanjung malaya. Di Sumatra bagian utara muncul karya-kaya penting berbahasa melayu terutama karya-karya keagamaan.
Hamzah Pansuri adalah yang pertama diantara penulis angkatan pujangga lama dari istana kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya klasik selanjutnya yang paling terkenal adalah karya Syamsudin Pasai dan Abdul Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri.
•           Karya sastra pujangga lama
1.    Hikayat
-    Hikayat Abdullah            -     Hikayat Kalia dan Damina
-    Hikayat Aceh                -     Hikayat masyidullah
-    Hikayat Amir Hamzah           -     Hikayat Pandawa jaya
-    Hikayat Andaken Panurat        -     Hikayat Panda Tonderan
-    Hikayat Bayan Budiman        -     Hikayat Putri Djohar Munikam
-    Hikayat Hang Tuah            -     Hikayat Sri Rama
-    Hikayat Iskandar Zulkarnaen        -     Hikayat Jendera Hasan
-    Hikayat Kadirun                   -     Tasibul Hikaya
2.    Syair
-    Syair Bidasari
-    Syair Ken Tambuhan
-    Syair Raja Mambang Jauhari
-    Syair Raja Siam
3.    Kitab Agama
-    Syarab Al Asyidiqin (minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
-    Asrar Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
-    Nur ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
-    Bustan as-salatin (taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.
2.    SASTRA MELAYU LAMA
    Karya Sastra Prosa Balai Pustaka dan Tokoh-tokohnya:
1.    Merari Siregar
    Azab dan Sengsara (Novel, 1920)
2.    Marah Rusli
    Sitti Nurbaya (novel/roman)
3.    Abdul Muis
    Salah Asuhan (Novel, 1928)
    Pertemuan Jodoh (Novel, 1933)
    Surapati (Novel, 1950)
    Robert Anak Surapati (Novel, 1953)
4.    Muhamad Kasim
    Muda Taruna
    Buah di Kedai Kopi
5.    Suman H. S
    Kasih Tak Terlarai (novel, 1929)
    Percobaan Setia (novel, 1931)
    Mencari Pencuri Anak Perawan (novel, 1932)
    Casi Tersesat (novel, 1932)
    Kawan Bergelut (kumpulan cerpen, 1938)
    Tebusan Darah (novel, 1939)
6.    Adinegoro
    Darah Muda (novel, 1927)
    Asmara Jaya (novel, 1928)
    Melawat Ke Barat (novel, 1930)
7.    Tulis Sutan Sati
    Sengsara Membawa Nikmat (novel, 1928)
    Tak Disangka (novel, 1929)
    Syair Siti Marhumah Yang Saleh (1930)
    Memutuskan Pertalian (novel,1932)
    Tiak Membalas Guna (novel, 1932)
8.    Abas Sutan Pamunjak Nan Sati
    Dagang Melarat (novel, 1926)
    Pertemuan (novel, 1927)
    Putri Zahara atau Bunga Tanjung di Pasar Pasir (Afrika) (novel, 1947)
    Jambangan (Kumpulan Sajak, 1947)

    Karya Sastra Puisi Balai Pustaka dan Tokoh-tokohnya
1.    Muhhamad Yamin
    Tanah Air
    Indonesia Tumpah Darahku.
2.    Roestam effendi
    Percikan Permenungan.
3.    Sanusi pane
    Pancaran Cinta
    Puspa Mega.
4.    Aman Datuk Mojoindo
    Syair si Banso (gadis durhaka), 1931
    Syair Gul Bakawali, 1936
5.    Tulis Sutan Sati
    Sayair Siti Marhumah yang Saleh.
6.    Hamzah Fansuri
    Syair Perahu

3.    PUJANGGA BARU
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu : Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi. Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru :
1.    Sutan Takdir Alisjahbana
    Dian Tak Kunjung Padam (1932)
    Tebaran Mega kumpulan sajak (1935)
    Layar Terkembang (1936)
    Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
2.    Hamka
    Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
    Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
    Tuan Direktur (1950)
    Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
3.    Armijn Pane
    Belenggu (1940)
    Jiwa Berjiwa
    Gamelan Djiwa – kumpulan sajak (1960)
    Djinak-djinak Merpati – sandiwara (1950)
    Kisah Antara Manusia – kumpulan cerpen (1953)
4.    Sanusi Pane
    Pancaran Cinta (1926)
    Puspa Mega (1927)
    Madah Kelana (1931)
    Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
    Kertajaya (1932)
5.    Tengku Amir Hamzah
    Nyanyi Sunyi (1937)
    Begawat Gita (1933)
    Setanggi Timur (1939)
6.    Sariamin Ismail
    Kalau Tak Untung (1933)
    Pengaruh Keadaan (1937)
    Anak Agung Pandji Tisna
    Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
    Sukreni Gadis Bali (1936)
    I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
    J.E.Tatengkeng ,Rindoe Dendam (1934)
7.    Fatimah Hasan Delais
    Kehilangan Mestika (1935)

4.    ANGKATAN 1945
Karya-karya yang lahir pada masa angkatan 45 ini sangat berbeda dari karya sastra masa sebelumnya. Ciri khas angkatan 45 ini yaitu bebas, individualistis, universalistik, realistik, futuristik.
1.    Usmar Ismail
    Permintaan Terakhir. (Cerita pendk)
    Asokamala Dewi, (Cerita pendek)
     Puntung berasap, (Kumpulan sanjak; BP 1950)
    Sedih dan gembira, (Kumpulan drama; BP 1948) yang terdiri atas : a. Citra, b. Api, c. Liburan seniman.
    Mutiara dari Nusa Laut. (Drama).
    Tempat yang kosong.
    Mekar melati
    Pesanku, (Sandiwara radio)
    Ayahku pulang. (sandiwra sanduran dari cerita Jepang serta pernah difimkan dengn judul film “Dosa tak berampun”).
2.    Dr. Abu Hanifa
    Taufan di atas awan. (Kumpulan sandiwara).
    Dokter Rimbu, (Roman 1952).
     Kita berjuang, (1947).
    Soal agama dalam negara modern.
3.    Amal Hamzah
    Cerita pendek yang berjudul : Teropong, Bingkai Retak, Sine Nomine, dan sebagainya serta dimuat dalam pembahasab pertama.
    Buku dan penulis. (kritik).
    Sajak- sajak yang berkepala : Laut, Pancaran Hidup, dan sebagainya.
4.    Chairil Anwar
        Deru campur dubu. (kumpulan sajak 1043-1949)
    Kerikil tajam dan yang terhempas dan terputus . (PR)
    Tiga menguak takdir. (Dikarang bersama-sama dengan Riva’i Apain dan Asrul Sani. (kumpulan sajak).
    Pulanglh dia sianak hilang. (Terjemahan Andre Gide)
    Kena gempur. (Terjemahan dari Steinbeck).
5.    Riva’i Apin
    Mual, Tali jangkar putus, Putusan dan sebagainya.
     Tiga menguak takdir
    Chairil Anwar dengan maut. (Essay ; 1949)
6.    Asrul Sani
    Sahabat saya Cordiaz. (Cerita pendek).
    Bola lampu. (Cerita pendek)
    Deadlock pada puisi Emosi Semata.
    Sajaknya : Anak laut, On test, Surat dari Ibu dan sebagainya.
7.    Idrus
    Dari Ave Maria ke jalan lain Roma. (Kumpulan cerita pendek ; BP 1948)
    Anak buta. (Ceriya Pendek)
    Aki. (Novel ; BP 1948)
    Perempuan dan Kebangsaan.
    Jibaki Aceh. (Drma).
    Dokter Bisma. (Drama; 1945).
    Keluarga Surano. (Drama; 1948)
    Kereta api baja. (Terjemahan dari karya vsevold Ivanov).
8.    Utuj Tatang Sontani
    Suling.  (Drama bersajak; BP 1948)
    Bunga rumah makan. (Drama; BP 1948)
    Tambera. (Roman sejarah; BP 1949).
    Orang-orang sial. (Cerita pendek).
    Awal dan Mira. (Drama).
9.    Rosihan Anwar
    Radoi masyarakat. (Cerita pendek).
    Sajak-sajaknya antara lain: Manusia baru, Lukisan, Seruan nafas, dan sebagainya.
    Raja kecil, Bajak laut di Selat Malaka. (Roman sejarah; 1967)
10.    Aoh Kartahandimadja
    Beberapa paham Angkatan 45 (Essay).
    Sajak-sajaknya antara lain: Gubukku, Ke Desa, dan sebagainya.
    Manusia dan tanahnya. (Kumpulan cerita pendek; BP 1942).
    Zahra. (Kumpulan sajak dan Drama).
11.    Achdiat Kartamihardja
    Atheis. (Riman Psycologi; BP 1949).
    Bentrokan dalam asrama. (Drama).
    Polemik kebudayaan. (Essay).
    Keretakan dan ketegangan. (Kumpulan cerita pendek yang mendapat hadiah BMKN tahun 1955/1966).
    Kesan dan kenangan. (Kumpulan cerita pendek 1961).
12.    Pramudya Ananta Toer
    Perburuan. (Novel; BP 1950).
    Keluarga gerilya. (Roman; Pembangunan 1950).
    Pecikan revolusi. (kumpulan cerita pendek; Gapura 1950).
    Subuh. (Kumpulan cerita pendek; BP 1952).
    Cerita dari Blora. (Kumpulan cerita pendek; BP 1952).
    Bukan pasar malam. (Novel; BP 1952).
    Merka yang dilumpuhkan. (Roma).
    Di tepi kali Bekasi.
    Midah. Si manis bergigi emas. (Roman; Nusantara 1955).
    Dia yang menyrah. (Novel).
    Cerita pendek antara lain : Kemana Masa, Kwanku sel-sel, Kemelut, dan sebagainya.
13.    M.Balfas
    Lingkaran-lingkaran retak. (Kumpulan Prosa; Bp 1962)
    Dr,djipto Mangunkusumo demokrat sejati . (Biografi).
14.    Rivai Marlaut
    di lantai sdansa.
15.    Mochtar Lubis
    Tidak ada esok. (Roman; Gapura 1950).
    Jlan tak ada ujung. (Roman Psychologi; BP 1952)
    Kisah dari Eropa. (Terjemahan).
    Tanah gersanf. (Novel; PT.Pembangunan 1964).
    Si Jamal. (Cerita endek 1950).
    Perempuan. (Cerita pendek 1956).
16.    Anas Ma’ruf
    Citra. (Terjemahan dari Rabinranath Tagore).
    Sajak-sajak antara lain: Nyalakan terus, Antara kita, Pandu masa, dan sebagainya.
17.    Maria Amin
    Tinjaulah dunia sana. (Cerita pendek).
    Sajak-sajaknya antara lain: Penuh rahasia, Kapal udara, dan sebagainya.
18.    Mahatmanto
    Sajak-sajak: Cakar atau ekor, Individu, Dogma, Madrasah Muhammadiyah dn sebagainya.
19.    Nursjamsu
    Terawang. (Cerita Pendek).
    Usmo membela Ibu. (Cerita Pendek).
    Sajak-sajak antara lain: Pandai besi, Gila, Jeritan malam dan sebagainya,
20.     Zuber Usman
    Tamasya dengan perahu Bugis.
    Puteri Bunga Karang.
21.    Rusman Sutiasumarga
    Yang terhempas dan terkandas. (Kumpulan cerita pendek: BP, yang antara lain memuat cerita pendek “Gadis Berkasih”
    Korban romantik. (Cerita pendek; BP 1963).
22.    Sitor Situmorang
    Surat kertas hijau. (Kumpulan sajak: Pustaka Rakyat 1953).
    Jalan nmutiara. (Kumpulan drama).
    Dalam sajak.
    Wajh tk bernama.
    Zaman baru. (Kumpulan sajak).
    Pertempuran dan salju i Paris. (1956) mendapat hadiah BMKN.
23.    S. Rukiah
    Kejutan dan hati.
    Tandus. (Kumpulan puisi/prosa; BP 1952).
24.    Trisno Sumerdjo
    Kata hari dan perbuatan. (Kumpulan puisi; 1952).
    Rumah raja (1957).
    Daun kering. (kumpulan cerita pendek; 1962).
25.    Bakri Siregar
    Jejak langkah. (Kumpulan cerita pendek; 1953), yang antara lain memuat cerita pendek “Di tepi kawah”.
26.    Laurens Koster Bohang
    Setangkai kembang melati. (Cirita pendek).
    Amir Hamzah. (Essay).
27.    Bachrum Rangkuti
    Insaf
    Hamka
    Mikraj.
28.    Matu Mona
    Zaman gemilanh. (Roman sejarah; 1939).
    Panggilan tanah air.
    Menyinggung perasaan.
29.    A.A. Katili
    Kenang-kenangan sepku.
30.    Suwandi Tjitrowasilo
    Perjalana.
31.    Talim AB
    Abu dan Debu.
    Puisi dunia I dan II.
32.    Walujati Supangat  
    Pujani. (Novel; Gapura, 1951).
33.    Karim Halim
    Palawija. (Roman sosial).
    Sajak dalam majalah.
34.    Rustandi Kertakusuma
    Rekaman 7 daerah.
    Prabu dan putri. (Sandiwara klasik; BP 1951).
    Merah semua putih semua. (Drama dalam bentuk novel; BP 1961).
35.    Ashar Munir Sjamsul
    Bunglon.
    Menanti fajar.
36.    Harijadi S. Hrtowardojo
    Orang buangan. (Novel).
    Munafik. (Novel).
    Luka bayang. (Kumpulan sajak, 1964).
    Perjanjian dengan maut. (Novel, 1975)
    Lerang senja. (Sajak)

5.    ANGKATAN 1966 – 1970 an
    Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
1.    Taufik Ismail
    Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
    Tirani dan Benteng
    Buku Tamu Musim Perjuangan
    Sajak Ladang Jagung
    Kenalkan
    Saya Hewan
    Puisi-puisi Langit
2.    Sutardji Calzoum Bachri
    O
    Amuk
    Kapak
3.    Abdul Hadi WM
    Meditasi (1976)
    Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
    Tergantung Pada Angin (1977)
4.    Sapardi Djoko Damono
    Dukamu Abadi (1969)
    Mata Pisau (1974)
5.    Goenawan Mohamad
    Parikesit (1969)
    Interlude (1971)
    Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
    Seks, Sastra, dan Kita (1980)
6.    Umar Kayam
    Seribu Kunang-kunang di Manhattan
    Sri Sumarah dan Bawuk
    Lebaran di Karet
    Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
    Kelir Tanpa Batas
    Para Priyayi
    Jalan Menikung
7.    Danarto
    Godlob
    Adam Makrifat
    Berhala

8.    Nasjah Djamin
    Hilanglah si Anak Hilang (1963)
    Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
9.    Putu Wijaya
    Bila Malam Bertambah Malam (1971)
    Telegram (1973)
    Stasiun (1977)
    Pabrik
    Gres
    Bom
10.    Djamil Suherman
    Perjalanan ke Akhirat (1962)
    Manifestasi (1963)
11.    Titis Basino
    Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
    Lesbian (1976)
    Bukan Rumahku (1976)
    Pelabuhan Hati (1978)
    Pelabuhan Hati (1978)
12.    Leon Agusta
    Monumen Safari (1966)
    Catatan Putih (1975)
    Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
    Hukla (1979)
13.    Iwan Simatupang
    Ziarah (1968)
    Kering (1972)
    Merahnya Merah (1968)
    Keong (1975)
    RT Nol/RW Nol
    Tegak Lurus Dengan Langit
14.    M.A Salmoen
    Masa Bergolak (1968)
15.    Parakitri Tahi Simbolon
    Ibu (1969)
16.    Chairul Harun
    Warisan (1979)
17.    Kuntowijoyo
    Khotbah di Atas Bukit (1976)
18.    M. Balfas
    Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
19.    Mahbub Djunaidi
    Dari Hari ke Hari (1975)
20.    Wildan Yatim
    Pergolakan (1974)
21.    Harijadi S. Hartowardojo
    Perjanjian dengan Maut (1976)
22.    Ismail Marahimin
    Dan Perang Pun Usai (1979)
23.    Wisran Hadi
    Empat Orang Melayu
    Jalan Lurus


6.     ANGKATAN 1980 – 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
1.    Ahmadun Yosi Herfanda
    Ladang Hijau (1980)
    Sajak Penari (1990)
    Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
    Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
    Sembahyang Rumputan (1997)
2.    Y.B Mangunwijaya
    Burung-burung Manyar (1981)
3.    Darman Moenir
    Bako (1983)
    Dendang (1988)
4.    Budi Darma
    Olenka (1983)
    Rafilus (1988)
5.    Sindhunata
    Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
6.    Arswendo Atmowiloto
    Canting (1986)
7.    Hilman Hariwijaya
    Lupus – 28 novel (1986-2007)
    Lupus Kecil – 13 novel (1989-2003)
    Olga Sepatu Roda (1992)
    Lupus ABG – 11 novel (1995-2005)
8.    Dorothea Rosa Herliany
    Nyanyian Gaduh (1987)
    Matahari yang Mengalir (1990)
    Kepompong Sunyi (1993)
    Nikah Ilalang (1995)
    Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
9.    Gustaf Rizal
    Segi Empat Patah Sisi (1990)
    Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
    Ben (1992)
    Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
10.    Remy Sylado
    Ca Bau Kan (1999)
    Kerudung Merah Kirmizi (2002)
11.    Afrizal Malna
    Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
    Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
    Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
    Dinamika Budaya dan Politik (1991)
    Arsitektur Hujan (1995)
    Pistol Perdamaian (1996)
    Kalung dari Teman (1998)

7.    ANGKATAN REFORMASI
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra — puisi, cerpen, dan novel — pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

    Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
1.    Widji Thukul
    Puisi Pelo
    Darman

8.    ANGKATAN 2000-an
    Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
1.    Ayu Utami
    Saman (1998)
    Larung (2001)
2.    Seno Gumira Ajidarma
    Atas Nama Malam
    Sepotong Senja untuk Pacarku
    Biola Tak Berdawai
3.    Dewi Lestari
    Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
    Supernova 2.1: Akar (2002)
    Supernova 2.2: Petir (2004)
4.    Raudal Tanjung Banua
    Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
    Ziarah bagi yang Hidup (2004)
    Parang Tak Berulu (2005)
    Gugusan Mata Ibu (2005)
5.    Habiburrahman El Shirazy
    Ayat-Ayat Cinta (2004)
    Diatas Sajadah Cinta (2004)
    Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
    Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
    Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
    Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
    Dalam Mihrab Cinta (2007)
6.    Andrea Hirata
    Laskar Pelangi (2005)
    Sang Pemimpi (2006)
    Edensor (2007)
    Maryamah Karpov (2008)
    Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.    Ahmad Fuadi
    Negeri 5 Menara (2009)
    Ranah 3 Warna (2011)
8.    Tosa
    Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
    Melan Conis (2009)

9.    CYBERSASTRA
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi melalui buku namun termagtub di dunia maya (internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa sistus Sastra Indonesia di dunia maya misalnya: duniasastra.com.



Belajar dan Pembelajaran

A. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
Belajar adalah upaya untuk mengetahui, menguasai, dan memahami.
    Mengetahui adalah sesuatu yang beraspek abstrak dan sesuatu yang beraspek konkret.
    Menguasai adalah segala aspek-aspek didalamnya keta mampu tahu.
    Memahami adalah sesuatu unsur pengetahuan dan penguasaan, namun didalamnya banyak alternatif lainnya.

Pembelajaran adalah sesuatu proses yang dilakukan suatu tujuan melalui upaya belajar. Ada 3 landasan teori tentang proses pembelajaran ini, sebagai berikut :
1.    Aliran nativisme mengatakan bahwa semua anak yang lahir  telah memiliki potensi, bakat dan minat yang di bawah sejak lahir sehingga anak yang belajar hanyalah mengembangkan potensi yang sudah ada. Pandangan ini dikemukakan oleh Wakson dan Scopen Hower.
2.    Alliran empirisme mengatakan bahwa anak yang baru lahir seperti kertas kosong, mereka dipengaruhi oleh lingkungannya. Apabila anak berada dalam lingkungan tertentu maka lingkungan itulah yang mempengaruhinya. Dalam konteks belajar peran pendidik (guru, orang tua, dan tutor) dengan berbagai kondisi lingkungan  sangat menentukan proses penguasaan dan pemahaman anak. Dengan kata lain, lingkunganlah yang membentuk pribadi dan kompetensi anak-anak. Pandangan ini di kemukakan oleh John Locke.
3.    Aliran korvergensi mengatakan bahwa setiap anak yang lahir membawa potensi dan di kembangkan oleh lingkungannya. Pandangan ini dikemukakan oleh Williem Stern.
Aliran ini memadukan pandangan nativisme dan empirisme yang kemudian dikembangkan menjadi teori belajar individual dan kelompok. Ketiga aliran tersebut percaya bahwa anak belajar memiliki 3 modalitas belajar yang memungkinkan mereka terbantu di dalam menguasai dan memahami berbagai hal. Ketiga modalitas tersebut sebagai berikut :
a.    Modalitas visual adalah yang berhubungan dengan kemampuan anak menggunakan penglihatan didalam menguasai sesuatu.
b.    Modalitas audial adalah yang berhubungan dengan modalitas anak menggunakan penyimaknya dalam menguasai sesuatu.
c.    Modalitas kinestetik  adalah yang berhubungan dengan menggunakan gerak dan alat peraga didalam memahami sesuatu.

B. Jenis-Jenis Teori Pembelajaran
Terdapat  4 teori belajar yang dijadikan sebagai landasan didalam melaksanakan pelajaran :
1.    Teori behaviorisme mengatakan belajar itu adalah aktivitas setiap individu yagn berdasarkan pada pendalaman atau pembiasaan.
2.    Teori kognitivisme mengatakan belajar merupakan proses mengubah tingkah laku yang di tentukan oleh pemahaman (persepsi).
3.    Teori psikososial mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses alami yang di tandai dengan rasa ingin tahu, menyerap informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang ada didalam kehidupan manusia.
4.    Teori belajar gagne. Teori ini memadukan antara pandangan behaviorisitk dengan kognitifisik.

C. Prinsip Pendekatan Belajar
Prinsip pendekatan belajar yaitu sebagai berikut :
1.    Pendekatan konsep yaitu pendekatan dimana guru yang banyak menentukan arah pembelajran yang didasarkan pada pandangan-pandangan atau konsep.
2.    Pendekatan proses yaitu siswa dilibatkan secara aktif didalam intfraksi belajar mengajar.
3.    Pendekatan deduktif yaitu menjelaskan sesuatu dari yang umum ke yang khusus.
4.    Pendekatan induktif yaitu memberikan penjelasan-penjelasan sampai ke contoh-contoh pada peserta didik. Mencoba membedakan hal-hala yang paling kecil dan contoh-contoh.
5.    Pendekatan ekspositori yaitu sesuatu yang bersifat bersama-sama. Suatu proses selalu bersama berbicara antara guru dan siswa.
6.    Pendekatan heuristik yaitu anak-anak yang selalu terlebih dahulu memulai. Akan tetapi anak-anak harus diberikan referensi yang mudah dimengerti agar siswa tidak berfikir terlalu jauh.
7.    Pendekatan kecerdasan yaitu mengetahui tingkatan IQ siswa.
8.    Pendekatan kontekstual yaitu bahwa semua pembelajaran harus dihubungkan dengan suasana lingkungan.

D. Aktivitas Belajar
Dalam belajar terdapat keaktifan baik secara fisik maupun psikis. Hal-hal yang aktif didalam proses belajar baik secara indrawi maupun kajiwaan, beberapa ahli menyimpulkan sebagai berikut :
1.    Pengamatan indra yang meliputi  penglihatan dan pendengaran atau penyimakan.
2.    Tanggapan yaitu suatu proses kejiwaan yang memberikan reaksi terhadap apa yang diperoleh dari suatu pengembangan yang dapat di terima atau di tolak. Semakin banyak tanggapan dalam pembelajaran, maka semakin banyak juga pemahaman.
3.    Fantasi yaitu aktivitas imajinasi untuk membentuk produksi tanggapan baru berdasarkan tanggapan lama.
4.    Ingatan adalah reproduksi yang tersimpan didalam benak seseorang atau biasa juga di sebut dengan proses mengaktifkan kembali hal-hal yang pernah dialami. Proses ingatan terbagi 3 yaitu mencamkan, pnyimpan pesan, mereproduksi kembali.
5.    Pikiran yaitu proses kondisi hubungan antara bagian pengetahuan yang ada dalam diri yang kontrol oleh akal. Jadi, akal itu mengendalikan pikiran.
6.    Perhatian (atention) yaitu suatu aktifitas psikis yang berfokus pada sesutu.
7.    Perasaan yaitu suatu aktivitas unsur kejiwaan yang berupa pengalaman yang bersifat efektif yang dihayati dan diwujudkan berupa senang atau tidak senang.
8.    Kemauan yaitu potensi kejiwaan yang dapat merubah kehendak untuk merealisasikan suatu tujuan.

E.  Fokus PBM ( Proses Belajar Mengajar )
PBM dilakukan oleh pelaku utama interaksi kelas (guru dan siswa)  dengan fokus pembelajaran pada :
a.    Berfokus pada peserta didik.
b.    Mengembangkan peserta didik.
c.    Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan yang menantang.

d.    Mengembangkan beragam kompetensi yang beermuatan nilai. Menyangkut masalah karakter. Tugas guru didalam kelas meliputi 5 M, yaitu :
-    Mengajar (menjelaskan)
-    Mendidik (perilaku)
-    Membina (membantu)
-    Membimbing (mengarahkan)
-    Melatih (memperagakan)
e.    Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
f.    Belajar melalui berbuat.

Soft skile dalam pembelajaran, menyangkut :
1.    Kemampuan berkomunikasi secara kontekstual.
2.    Kemahiran bereklamasi (kemampuan menjelaskan).
3.    Kamampuan metologis (memiliki kemampuan mengatasi masalah dengan berbagai cara).
4.    Kemampuan bekerja sama.
5.    Kemampuan beradaptasi.
6.    Toleran (saling menghargai, merasakan, dan membantu).
7.    Hormat terhadap sesama.
8.    Kemampuan mengambil keputusan.
9.    Kemampuan memecahkan masalah.

F. Karakteristik Pembelajaran
Berdasarkan teori-teori belajar diketahui bahwa komunikasi didalam pembelajaran memiliki karakteristik yang secara khusus berbeda dengan peristiwa komunikasi pada kegiatan yang lain. Karakteristik pembelajaran tersebut sebagai berikut :
1.    Menekankan pembelajaran yang bermakna.
2.    Menggunakan metode dan media yang berfariasi.
3.    Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
4.    Memberikan pengalaman belajar yang kaya berupa pengetahuan konsep, cara pemecahan masalah, dan menemukan hal-hal yang baru.
5.    Memberika keseimgangan antara kegiatan flasikal, kelompok dan individual.
6.    Memberikan keseimbangan antara teori dan praktek dikelas maupun diluar kelas.
7.    Memprioritaskan suasana pembelajaran yang aktraktif, motivatif dan bersahabat.

G. Metode Pembelajaran
Ada 3 metode yang direkomendasikan oleh para pakar sehingga mampu mencapai tujuan dan pengembangan materi secara optimal dan maksimal.
1.    Contextual Teaching – Learning ( CTL )
Adapun komponen CTL sebagai berikut :
a.    Konstruktifis yaitu membangun pemahaman anak sendiri dari pengalaman mereka.
b.    Inquiry yaitu proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
c.    Questioning (bertanya) yaitu anak diajak dan dibimbing serta menilai sesuatu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
d.    Learning community yaitu anak diajak bekerja sama dengan pihak lain dalam belajar sehingga terjadi tukar pengalaman dan ide.
e.    Modeling yaitu proses penampilan melalui contoh sehingga anak dapat mempraktekkannya pada konteks yang lain.
f.    Refleksi yaitu mengungkapkan kembali apa yang telah anak pelajari.
g.    Penilaian autentik.
2.    Coperative Learning yaitu proses pembelajaran yang memanfaatkan kelompok-kelompok siswa dalam memahami dan menyelesaikan topik pembelajaran.
3.    Inquiry dan discovery yaitu penemuan berdasarkan penyelidikan anak dalam kegiatan pembelajaran denganmelibatkan proses mental anak melalui asimilasi.

Proposal Penelitian Sastra

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan suku bangsa lain. Demikian pula suku muna yang memiliki kehidupan sosial khas terutama dalam sistem atau metode budayanya. Sastra terlahir atas hasil karya perilaku manusia dalam kebudayaan yang beranekaragam suku, ras, agama, dan tradisi yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan hal itu memberikan pemasalahan dengan pemahaman serta tanggapan yang berbeda-beda.
Cerita rakyat merupakan prosa lama berupa tradisi lisan. Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng. Dongeng ini, hidup dan berkembang dalam masyarakat tertentu, tetapi tidak pernah diketahui siapa pengarangnya. Sebagai genre sastra lisan, cerita rakyat memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat.
Dalam kehidupan anak-anak, cerita rakyat sering kali menjadi kisah yang sangat menarik bagi sang anak  sehingga menjadi senjata paling ampuh bagi sang ibu untuk menidurkan anaknya. Tanpa disadari, sebenarnya cerita rakyat yang didengar secara tidak langsung akan membentuk sikap dan moral sang anak. Ajaran atau kandungan moral dalam cerita rakyat,  akan membentuk sang anak manjadi patuh terhadap kedua orang tuanya. Anak-anak akan merasa takut menjadi durhaka karena teringat hukuman atau balasan yang diterima sang anak dalam cerita-cerita jika durhaka terhadap orang tuanya. Dengan demikian cerita rakyat tidak hanya sebagai cerita pengantar tidur akan tetapi dapat membentuk moral anak-anak.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah “Bagaimana nilai kehidupan dalam cerita rakyat asal mula burung Ntaapo-apo?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai kehidupan dalam cerita rakyat asal mula burung Ntaapo-apo berasal dari daerah Muna.

D.    Definisi Operasional
Di dalam perkembangan  zaman dan teknologi sekarang ini, bertambahnya pengetahuan dan berubahnya gaya hidup  masyarakat berpengaruh pada sastra dunia. Banyak bermunculan sastra-sastra modern dengan asas kebebasan yang sering kali mengabaikan jati diri bangsa. Bersamaan itu pula folklore dalam hal ini cerita rakyat semakin ditinggalkan dan dilupakan oleh masyarakat. Cerita rakyat sebagai salah satu hiburan dalam masyarakat tampaknya tenggelam oleh cerita sinetron dan sejenisnya yang disuguhkan di televisi. Salah satu alasannya karena sinetron lebih nyata alurnya sehingga mudah dipahami dan dinikmati. Padahal cerita rakyat merupakan tradisi budaya yang memegang nilai-nilai luhur. Di dalamnya terdapat ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.






BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Nilai
Purwadarminta menjelaskan bahwa nilai adalah kadar isi yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting yang berguna bagi kemanusiaan (Yunus, dkk., 1990:104). Nilai adalah sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi manusia atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra. Nilai adalah ide-ide yang menggambarkan serta membentuk suatu cara dalam sistem masyarakat sosial yang merupakan rantai penghubung secara terus-menerus dari kehidupan generasi terdahulu.
 Secara umum karya sastra mengungkapkan sisi kehidupan manusia dengan segala macam perilakunya dalam bermasyarakat. Kehidupan tersebut diungkapkan dengan menggambarkan nilai-nilai terhadap perilaku manusia dalam sebuah karya. Olehnya itu, sebuah karya sastra selain sebagai pengungkapan estetikan, di sisi lain juga berusaha memberi nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.
 Penjabaran nilai dalam karya sastra oleh banyak ahli sangatlah beragam. Mengenai hal itu, Wahid mengemukakan bahwa seorang penulis tidak mengkin mengelakkan diri dari pengunaan beberapa ide tentang nilai ( Wahid, 2005:35). Sehubungan dengan pengelompokan nilai, Najib menjelaskan bahwa secara garis besar nilai-nilai kehidupan yang ada dalam karya sastra terdiri atas tiga golongan besar yaitu (1) nilai keagamaan, (2) nilai social (3) nilai moral. Selanjutnya, nilai-nilai tersebut masih dapat dikelompokan dalam bentuk yang kecil, yaitu nilai agama terdiri atas nilai tauhid, nilai pengetahuan, nilai penyerahan diri kepada takdir. Nilai sosial terdiri atas nilai gotong-royong, musyawarah, kepatuhan, kesetiaan dan keikhlasan. Dan nilai moral terdiri atas nilai kejujuran, nilai kesopanan, ketabahan, dan menuntut malu atau harga diri (Zahafudin, 1996:22).

1)    Nilai Keagamaan
Sastra dengan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyak karya sastra menjadi jalan atau sarana penyampaian nilai-nilai keagamaan. Dalam pembicaraan mengenai hubungan sastra dan agama, Mangun Wijaya lebih cenderung mengunakan istilah religius dan religiusitas daripada istilah agama dan religi. Agama lebih menitiberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan manusia kepada penciptanya, sedangkan religiusitas lebih menekankan kualitas manusia beragama (Yunus, dkk,.1990:106)
Sehubungan dengan fungsi sastra dengan pengungkapan nilai keagamaan. Mural Esten berpendapat bahwa ada tiga corak yang dapat kita lihat dalam sastra dalam hubungannya dengan keagamaan, yakni mempersoalkan praktek ajaran agama, sastra mencipta dan mengungkapkan masalah tertentu berdasarkan ajaran-ajaran agama dan kehidupan agama hanya sebagai latar belakangnya (Yunus, dkk., 1990:106)
Bertolak dari uraian  yang dikemukakan diatas, yang dimaksud dengan nilai keagamaan dalam pembahasan ini adalah konsep tentang penghargaan tertinggi yang dilaksanakan atau yang diberikan masyarakat kepada yang bersifat suci yang menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang bersangkutan.

2)    Nilai Sosial
Manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk social, manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya dalam berbagai aktifitasnya.
Nilai sosial adalah sosial budaya yang menjadi ukuran  atau penilaian pantas atau tidaknya suatu keinginan dan kebutuhan dilakukan. Nilai ini memperlihatkan sejauh mana seseorang individu dalam masyarakat mengikat diri dalam kelompoknya. Satu individu selalu berhubungan dengan individu lain sebagai anggota masyarakat (Yunus, dkk., 1990:114)

3)    Nilai Moral
Moral membahas tentang ajaran baik buruknya suatu perbuatan atau kelakuan manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain. Dengan demikian nilai moral menyangkut nilai hubungan manusia dengan manusia dan nilai hubungan manusia  dengan dirinya sendiri.
 Nilai moral adalah nilai kesusilaan yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan salah. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila (Purna, 1993:4)

B.    Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan berkembang dari mulut ke mulut. Dalam folklore, cerita rakyat merupakan bentuk folklor lisan yaitu cerita yang disampaikan secara lisan oleh pencerita. Wirjosudarmo (Isnan, 2003:11) mengatakan bahwa cerita pelipur lara adalah cerita yang member hiburan kepada orang yang mendengarkan dan diungkapkan oleh ahli cerita yang disebut pelipur lara.

C.    Ciri-Ciri Cerita Rakyat
Ciri-ciri cerita rakyat antara lain :
    Disampaikan secara lisan. Salah satu sifat cerita rakyat yang utama terletak pada cara penyampaianya. Pada lazimnya cerita rakyat disampaikan melalui tuturan. Ia dituturkan secara individu kepada seorang individu atau sekelompok individu.
    Sering kali mengalami perubahan. Cerita rakyat merupakan suatu yang dinamik, dimana ia akan mengalami perubahan seperti penambahan atau pengurangan, menurut peredaraan waktu. Oleh karena itu, kita menjumpai berbagai variasi untuk cerita rakyat di tempat yang berlainan.
    Merupakan kepunyaan bersama. Soal hak cipta tidak ada pada  cerita rakyat. Tak seorang pun yang mengaku sebagai pengarang cerita rakyat tertentu sehingga cerita rakyat bersifat anomim.
    Sering memiliki unsur irama. Cerita pelipur lara senantiasa disampaiakan pencerita senantiasa mengandung unsur irama yang menarik. Pengaturan ini agar cerita lebih menghibur juga untuk memudahkan penceritaanya.

D.    Fungsi Cerita Rakyat
Menurut Bascom (Sikki, dkk. 1985:13) mengemukakan fungsi cerita rakyat pada umumnya sebagai berikut :
    Cerita rakyat mencerminkan angan-angan kolompok. Peristiwa yang diungkap oleh cerita rakyat tidak benar-benar terjadi dalam kenyataan sehari-hari, tetapi merupakan proyeksi dari angan-angan atau impian rakyat jelata.
    Cerita rakyat digunakan untuk mengesahkan dan menguatkan suatu adat kebiasaan pranata-pranata yang merupakan lembaga kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
    Cerita rakyat dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan budi pekerti kepada anak-anak atau tuntutan dalam hidup.
    Cerita rakyat berfungsi sebagai pengendalian sosial atau alat pengawasan, agar norma-norma masyarakat dapat dipenuhi.

Jadi, cerita rakyat selain berfungsi sebagai bagian dari sejarah, juga berfungsi menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan religius terhadap masyarakat, generasi-generasi penerusnya dimana tempat cerita itu tumbuh dan berkembang.
























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
Metode yang di gunakan penelitian kualitatif dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini penulis mendeskriptifkan data yang di analisis yaitu cerita rakyat yang berjudul Asal Mula Burung Ntaapo-apo berasal dari daerah Muna.

B.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tehnik baca catat, yaitu ; data di peroleh dari hasil membaca dan mencatat informasi yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Penelitian ini akan di analisis dengan menggunaksan pendekatan struktural artinya karya sastra dalam hal ini adalah puisi yang di kaji berdasarrkan strukturnya.

C.    Data dan Sumber Data
    Data
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa cerita rakyat Asal Mula Burung Ntaapo-apo yang berasal dari daerah Muna.
    Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah:
Teks atau dokukumen, yang terdiri dari:
    Artikel yang bersumber: 
http://Analisis unsur intrinsik dengan pendekatan struktural _ Bahasa dan Sastra Indonesia.html
    Naskah Cerpen:
http// dongeng/286-Asal-Mula-Burung-Ntaapo-Apo.html


D.    Analisis Data
    Dongeng Dalam Bahasa Muna
Asal Mula Burung Ntaapo-Apo
Asal : Muna, Sulawesi Tenggara
Nando  wawono, nando  semie  bhirinanda  bhe  anano  moghane  neano La Ane. Mieno lambuno nomatemo maka La Ane nando norubu. Kadadihando bhirinanda aini degalu maka mina nabhala siaghe. Galundo dotisane mafusau bhe kahitelano sokafumahaando sesegholeo, mieno lambuno  norusaanda  seghulu  adhara  moghane.
Bhirinanda aini noasiane sepaliha anano( La Ane ). Bhirinanda aini nopiara La Ane sampe nobhala melangke. Nobhalamo La Ane ini minamo  nabantu inano nokaradha. Notanda nowanu sampe noodo tora, karadhanomo  nopokalalambugho  kawu  hule  bhe  sabhangkahino. La Ane  nosuli welambu La Ane nogharomo.Ane nowehimo nokalamo tora  nopokalalambugho  hule.
Inano mina namasiane noghoghondo diuno anano sesegholeo  potubhari kamalsi. Nobharimo pakuno nobhasie nakumala wegalu maka La Ane  nokidohi kansuru.
“sohae  dakumaradha  sesegholeo  nemabali  kawu dowule ane ina”  amba La Ane.
“o La Ane daomagho hae ane pada kumaradha”  ambano inano.
“ihintu  kawu  sokumaradhano  ina. Inodi  asiane  apokalalambugho  hule  bhe sabhangkahiku  rampahano  mina  amindalo  aegalu” amba La Ane.
“ane  peda  anagha  fumamo  hulemu  itu” ambano inano (nolea lalono we La Ane).
La Ane mina nametingke noforatoe inano. La Ane nokala norunsa  lambudo maka nokala welambuno sabhangkahino. Inano nando noghosa  lalono  maka nando nefontanta  kafuma  wemedha  kafumaha. Maka  soano  ghoti  bhe  kahitela  kadanda,maka ohule  nobhebherae  fekarubuhie  nembali  kafontantaano  notei  nekasopa. Rabutano  ohule  nobhebherae  dua  maka  noteie  welo  kaghua.
“huh....  fuma  hule  bhe  talino itu, anahi  kamalasi” ambano inano.
Bhirinanda aini nokalamo wegalu. Nopana kawu gholeo La Ane  nosulimo welambu   rampahano  nogharo, bheno  koghenduhi  La Ane  nowura okasopa bhe kaghuano teawono medha  ihino  kabhebherano  huleno  bhe  talino.
“oh... inaaa, omamara   sepaliha   we   inodi ? hamai  kagharoku   ini” La Ane nofekiri  lalono.
Bhe kabhelano lalo, La Ane nofoni teawono ghahuno lambundo. Norato teawono  ghahu  La Ane  nofekirimo  lalono  bhe  notongo.
“inaku  minamo  namasikanau, madaho  aembali  manu-manu  maka ahumoro akumala  newatu  bhe  naini  aekapihi  kafuma”  amba La Ane.
Wamba La Ane gara nokotughu,padakawu nobisara,gara  kosighuluhae notumbughie  wulu   kowaranaano  bhe  nokongkilahi. mina  naompona La Ane notibhaliimoo nembali seghulu  manu-manu.  Manu - manu  aini  nofonimo  teghato bheno  folimba  suara  mokoadhono.
Norato  kawu  norondo  gholeo, inano  nosulimo  nomaigho  wegalu,maka notalamo  anano  ini (La Ane).
“La  Ane... La Ane... nehamaiko”  notola  La Ane.
Nobharimo kawu pakuno notola, maka La Ane  mina  nabhalo-bhaloa. inano notehimo,  bheno  limbamo  weluarano  lambuno, nowuramo  seghulu  manu-manu teawono  ghato  bhe  nelagu-lagu  karadhaano.
Bhirinanda  aini  nomaho  nopingsan  rampahano  nowura  manu-manu  haligho nopoto  bhe  anano.
“oh ana  moghaneku, aesalo  maafu,  sampumo  naini” nobhasie inano.
Oghoti  nembalimo  sosolu,  La Ane  nembalimo  seghulu  manu-manu  maka paemo  tora  nasumuli  naembali  omie. La Ane  naembalimo  manu-manu  hingka surudhamani. Inano  notolamo  manu-manu, tamaka  manu-manu  minamo nametingke. Omanu-manu  nohoromo  bhe  nopingka  teawono  pughuno  bhea.
Inano  mina  nametumpu  notola  anano. Maka  manu-manu  aini  nokidohimo nasumuli. Manu-manu  aini  nohoro  noghulu  welokaruku  motugha  nekapihi  kafumaano. Inano  mina  naeafa-afa,  ampam  kawu  nososo  bhe  karabuhano  diunu neanano  semieno  ini.
Notanda  kadhadhia  anagha,  omanu-manu  kowambaghoono ”ntaapo-apo”  anagha  dokonaemo  manu-manu  ntaapo-apo. Mahingka  ampahiaitu  manu-manu mahuno pototono  bhe  cendrawasih  anagha  nando  notifetingke  ngauno  welokaruku we  muna,  sulawesi tenggara.

    Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
Asal Mula Burung Ntaapo-Apo
Asal : Muna, Sulawesi Tenggara
Selama ini orang mengira burung cenderwasih hanya ada di Papua. Tapi, tahukah Anda bahwa burung jenis ini ternyata juga terdapat di Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kabupaten Muna? Masyarakat di sana menyebutnya dengan nama burung Ntaapo-apo. Menurut cerita, burung ini merupakan penjelmaan seorang anak laki-laki yang bernama La Ane. Bagaimana La Ane bisa menjelma menjadi burung Ntaapo-Apo? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Burung Ntaapo-Apo berikut ini!
< ===== >
Dahulu kala, hiduplah seorang janda bersama seorang anak laki-lakinya bernama La Ane. Suaminya meninggal dunia saat La Ane masih bayi. . Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, janda itu mengolah kebun yang luasnya tidak seberapa. Kebun itu ia tanami ubi dan jagung untuk dimakan sehari-hari. Selain kebun, sang suami juga mewariskan seekor kuda jantan.
    Janda itu amat sayang kepada La Ane. Ia merawatnya dengan penuh kasih sayang hingga tumbuh menjadi besar. Namun, La Ane yang telah menginjak usia remaja itu tidak pernah membantu ibunya bekerja. Dari bangun hingga tidur lagi, kerjanya hanya bermain gasing bersama teman-temannya. Ia baru pulang ke rumah jika perutnya sudah lapar. Tapi, setelah kenyang, ia kembali bermain gasing.
Sang ibu mulai tidak senang melihat kelakuan anaknya yang semakin hari semakin malas. Ia sudah berkali-kali mengajaknya pergi ke kebun, namun La Ane selalu menolak.
“Buat apa bekerja setiap hari. Capek, Bu,” begitu selalu kata La Ane.
“Anakku, kita mau makan apa kalau tidak bekerja?” ujar ibunya.
“Ibu saja yang bekerja. Aku lebih senang bermain gasing bersama teman-temanku daripada ikut bekerja di kebun,” kata La Ane dengan cuek.
“Kalau begitu, makan saja itu gasingmu!” tukas ibunya dengan nada kesal.
La Ane tetap saja tidak peduli pada nasehat ibunya. Ia pergi meninggalkan rumah menuju ke rumah teman-temannya. Sang ibu yang masih kesal sedang menyiapkan makanan di meja makan. Namun, bukannya nasi dan jagung rebus yang disiapkan, melainkan gasing yang dipotong kecil-kecil lalu ditempatkan di dalam kasopa (tempat jagung dan ubi). Tali gasing itu juga dipotong-potong lalu ditaruh di dalam kaghua (tempat sayur atau ikan).
“Huh, makanlah gasing dan talinya itu, anak malas!” geram sang ibu.
Janda itu kemudian pergi ke kebun. Menjelang siang hari, La Ane pun kembali dari bermain karena lapar. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat kasopa dan kaghua di atas meja yang berisi potongan-potongan gasing dan talinya.
“Oh, Ibu. Engkau benar-benar marah kepadaku? Padahal, aku lapar sekali,” keluh La Ane.
Dengan perasaan sedih, La Ane naik ke atas loteng rumahnya. Di atas loteng itu ia duduk termenung sambil memikirkan nasibnya.
“Ibu sudah tidak sayang lagi kepadaku. Lebih baik menjadi burung saja sehingga aku bisa terbang ke sana ke mari mencari makan sendiri,” ucap La Ane.
Ucapan La Ane rupanya menjadi kenyataan. Begitu ia selesai berucap, tiba-tiba sekujur tubuhnya perlahan-lahan ditumbuhi bulu berwarna-warni yang indah dan berkilauan. Selang beberapa saat kemudian, anak pemalas itu pun berubah menjadi seekor burung. Ia kemudian hinggap di atap rumahnya sambil berkicau dengan merdu.
Saat hari menjelang sore, sang Ibu kembali dari kebun. Ia pun memanggil-manggil anaknya.
“La Ane… La Ane…, kamu di mana anakku?!” teriaknya.
Sudah berkali-kali ibu itu berteriak, namun tak ada jawaban. Dengan panik, ia segera keluar dari rumah. Ketika berada di depan rumah, ia pun melihat seekor burung bertengger di atap rumah sambil bernyanyi merdu. Janda itu hampir pingsan melihat pada burung itu masih memperlihatkan tanda-tanda anaknya.
“Oh, anakku, maafkan Ibu. Turunlah, Nak!” bujuk sang Ibu.
Nasi sudah menjadi bubur. La Ane yang telah menjelma menjadi burung itu tidak mungkin lagi berubah menjadi manusia. Ia akan menjadi burung untuk selama-lamanya. Ketika ibunya berteriak memanggilnya, ia sudah tidak mendengarnya lagi. Ia terbang dan hinggap di atas pohon pinang sambil berkicau.
Sang ibu tak henti-hentinya memanggil anaknya. Namun, burung itu tetap tidak mau kembali. Ia terbang menuju ke hutan belantara untuk mencari makan. Sang ibu pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menyesal atas perlakuannya terhadap anak semata wayangnya itu.
Sejak peristiwa itu, burung yang suka berkicau “ntaapo-apo” itu dinamakan burung Ntaapo-apo. Hingga saat ini, burung yang mirip dengan burung cenderawasih itu masih sering terdengar kicauannya dari dalam hutan di daerah Muna, Sulawesi Tenggara.


    Berdasarkan hasil analisis, pemaparan nilai-nilai cerita rakyat tula-tula Saidhi Rabba dapat dijabarkan sebagai berikut :
    Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan dalam cerita rakyat Asal Mula Burung Ntaapo-apo
Agama merupakan wadah yang komplit dalam meningkatkan iman dan takwa manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia di hadapan Tuhan adalah sama, yang membedakannya adalah tingkat keimanan dan ketakwaanya terhada Tuhan. Iman yang kuat menjadikan manusia mampu mengendalikan diri dari masalah-masalah. Tuntunan keimanan dan ketakwan itu menjadikan manusia mengabdikan dirinya terhadap agama yang diyakininya. Cara itu akan mempertebal keimanan seseorang dalam mendekatkan diri pada sang pencipta.

Makalah Semantik

BAB I

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain.

Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam di dalam pembahasan.

Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.

2.    Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian semantik?

2.    Apa saja unsur-unsur semantik?

3.    Apa saja jenis-jenis makna?

4.    Apa hubungan antara  Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis

3.    Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian semantik.

2.    Untuk mengetahui unsur-unsur semantik.

3.    Untuk mengatahui jenis-jenis makna.

4.    Untuk mengetahui hubungan antara  Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis .

4.    Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1.    Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.

2.    Memahami tentang semantik .

3.    Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami perkembangan bahas

BAB II

PEMBAHASAN

1.    Pengertian Semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar gramatika.

Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi linguistik, maka studi semantik sebagai bagian dari studi linguistik menjadi semakin diperhatikan. Semantik tidak lagi menjadi objek periferal, melainkan menjadi objek studi yang setaraf dengan bidang-bidang studi linguistik lainnya, baik fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Berbagai teori tentang makna mulai bermunculan, Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistic (signe linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett (1954) dalam Chaer (1994), menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Chomsky sendiri, dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-nyinggung masalah makna, baru pada buku yang kedua, (1965), menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa, di samping dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik.

Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya.

1.    Charles Morrist

Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.

2.    J.W.M Verhaar; 1981:9

Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.

3.    Lehrer; 1974: 1

Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.

4.    Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)

Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.

5.    Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)

Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.

6.    Dr. Mansoer pateda

Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.

7.    Abdul Chaer

Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).

Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik.

Semantic sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Kata semantic sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu sema (kata benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Kemudian semantic disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistic untuk memelajari hubungan antara tanda-tanda linguistic dengan sesuatu yang ditandainya.

Namun istilah semantic sama halnya dengan kata semantique dalam bahasa Perancis yang diserap dari bahasa Yunani yang diperkenalkan oleh M. Breal. Di dalam kedua istilah semantics dan semantique, sebenarnya semantic belum secara tegas membahas makna karena lebih banyak membahas tentang sejarahnya.

Selain itu istilah semantic dalam sejarah linguistic digunakan pula istilah seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang merupakan bidang studi yang memelajari makna dari suatu lambang atau tanda pada objek cakupan yang lebih luas yakni mencakup lambang atau tanda pada umumnya. Berbeda dengan istilah sematik yang digunakan dalam bidang studi linguistic.

2.    Unsur Semantik

Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Penggolongan tanda dapat dilakukan denagn cara:

1.    Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:

a.    Hari mendung tanda akan hujan.

b.    Hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir.

c.    Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan.

2.    Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:

a.    Anjing menggonggong tanda ada orang masuk halaman.

b.    Kucing bertengkar (mengeong) dengan ramai suaranya tanda ada wabah penyakit atau keribytan (bagi masyarakat bangsa Indonesia yang ada di Jawa Barat), dst.

3.    Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas:

a.    Yang bersifat verbal, adalah tanda yang dihasilkan menusia melalui alat-alat bicara.

b.    Yang bersifat non-verbal, dibedakan menjadi 2, yaitu:

    tanda yang dihasilkan anggota badan, dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya acungan jempol bermakan hebat, bagus.

    tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya bersiul bermakna gembira, memanggil, ingin kenal, dsb.

C. Jenis – Jenis Makna

1.    Makna Leksikal: makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, makna apa adanya, makna yang ada di dalam kamus.

Misalnya, kuda bermakna leksikal sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.

2.    Makna Gramatikal: makna gramatikal terjadi apabila terdapat proses afiksasi, reduplikasi, komposisi dan kalimatisasi.

Misalnya, berkuda, kata dasar kuda berawalan ber- yang bermakna mengendarai kuda.

3.    Makna Kontekstual: makna sebuah kata yang berada di dalam suatu konteks. Misalnya:

    Rambut di kepala nenek belum ada yang putih (bermakna kepala)

    Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.

Makna konteks dapat juga berkenaan dengan konteks situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu, misalnya: tiga kali empat berapa? Pertanyaan tersebut apabila dilontarkan kepada anka SD jawabannya adalah dua belas, tetapi apabila dilontarkan kepada tukang cetak foto jawabanya adalah dua ratus atau tiga ratus, karena pertanyaan tesebut mengacu pada biaya pembuatan pas photo yang berukuran tiga kali empat centimeter.

4.    Makna referansial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan. Misalnya :

1)    orang itu menampar orang

2)    orang itu menampar dirinya

Pada (1) orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1 sebagai pelaku dan orang2 sebagai pengalam, sedangkan pada (2) orang memiliki makna referensial yang sama dengan  orang1 dan orang2 karena mengacu kepada konsep yang sama.

5.    Makna kognitif disebut juga makna denotative adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya, antara lain itu, ini, ke sana, ke sini.

Misalnya orang itu mata duitan.

6.    Makna konotatif adalah makna yang bersifat negatif, misalnya berbunga-bunga sampai tidak tahu sedangkan makna sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif, misalnya dia adalah bunga di kampung itu.

7.    Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari sebuah konteks atau asosiasi apa pun, misalnya kata kuda memiliki makna konseptula sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.

Misalnya Kuda memiliki konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai.

8.    Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.

 misalnya kata melati berasosiasi dengan suci atau kesucian, kata merah berasosiasi dengan berani.

9.    Makna idiom adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna berlainan.

misalnya meja hijau bermakna pengadilan, membanting tulang bermakna bekerja keras.

10.    Makna pribahasa adalah makna yang hampir mirip dengan makna idiom, akan tetapi terdapat perbedaan, makna pribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa, sedangkan makna idiom tidak dapat diramalkan.

Misalnya, seperti anjing dan kucing yang bermakna dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

D. Relasi Makna

Didalam Linguistik Umum (Karsinem 2008 : 297) Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat).

Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lainya lagi. 

Menurut KBBI (2008 : 1159) Relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian.  Sintagmatis ling adalah hubungan kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal. Dan makna adalah arti. Jenis – jenis Relasi Makna.

1.      Sinonimi

2.      Antonimi dan Oposisi

3.      Hominimi, homofoni, dan homografi

4.      Hipomini dan hipermini

5.      Ambiguitas

6.      Redundansi

E. Medan Makna

Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang terdapat pada kata atau unsur leksikal. Teori ini dikemukakan oleh Trier (semantic field: 1931), Lounsbury (lexical field: 1956), dan pakar-pakar linguistik lainnya dengan sebutan yang berbeda-beda. Hartimurti (1982) dalam Chaer (1990: 113) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Menurut Umar (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:108), medan makna (al-haqlu ad-dillali) merupakan seperangkat atau kumpulan kata yang maknanya saling berkaitan.

Teori ini menegaskan bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kata yang maknanya berhubungan. Berdasar pada penjelasan di atas kita dapat mengambil contoh nama warna-warna, nama-nama perabot, atau nama-nama istilah pelayaran yang dapat membentuk medan makna tertentu.

Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat bahwa:

1.    Setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna.

2.    Tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu.

3.    Tidak ada alas an untuk mengabaikan konteks.

4.    Ketidakmungkinan kajian terhadap kosa kata terlepas dari struktur (Umar, (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:107).

F. Makna Kolokasi

kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu umpamanya, kata remaja merupakan tahap perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu diantara dingin dan hangat, maka kalau kata-kata yang satu set dengan remaja dan sejuk dibagankan adalah menjadi sebagai berikut :

SET (PARADIGMATIK)

Manula/lansia    Terik

Dewasa    Panas

Remaja    Hangat

Kanak-kanak    Sejuk

Bayi    Dingin

Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dapat memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam satu masyarakat bahasa. Namun pengelompokan ini sering kurang jelas karena adanya ketumpang tindihan unsur-unsur leksikal yang di kelompokkan itu, misalnya, kata karang dapat masuk dalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula masuk kedalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula dalam kelompok medan makna kelautan, selain itu pengelompokan kata atas medan makna ini tidak mempedulikan adanay nuansa makan, perbedaan makna denotasi dan konotasi. Misalnya, kata remaja itu juga memiliki juga makna “belum dewasa”, keras kepala, bersifat kaku, suka mengganggu dan membantah, serta tidak konsisten, jadi pengelompokan kata atas medan makana ini hanya tertumpu pada makna dasar, makna denotatif, atau makana pusatnya saja.  

Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung tujuh itu memasukkan bola ke gawang dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan yang ramai, kiper dari pihak lawan kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit menyatakan gol. Kita dapat melihat kata-kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol, bola, wasit, gawang, dan kiper merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu lingkungan.

Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga, yaitu jenis makna kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya.

Misalnya kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata tampan memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [-manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah, sedangkan bentuk *pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima.

G. Komponen Makna

Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+ jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan.

Komponen Makna    Ayah    Ibu

1.      Insane

2.      Dewasa

3.      Jantan

4.      kawin    +

+

+

+    +

+

_

+

Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tidak mempunyai komponen makna tersebut.

Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut anlisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Denga juga dapat analisis biner ini kita juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal sesuai dengan medan makna.

Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut :

    Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netrl atau umum sedangkan yang lain bersift khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata siswi lebih bersift khusus karena hanya mengenai “wanit” saja.

    Kedua, ada kata atau unsur  leksikal yang sukar dicari pasanganya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasanganya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasanganya lebih dari satu, yaitu berdiri misalnya. Kata berdiri bukan hanya bias dipertentangkan dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok dan berbaring.

    Ketiga, kita sering kali sukar mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada alas an bagi kita untuk menyebutkan cirri jantan lebih bersifat umum daripada dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna yang lain.

H.    Prosedur Analisis Komponen Makna

Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida (1975:64) menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam Surayat, 2009:38).

1)   Penamaan (Penyebutan)

Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’.

Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

2)      Parafrasis

Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya:

1.    Paman dapat diparafrasis menjadi:

a)    adik laki-laki ayah

b)   adik laki-laki ibu

1.    Berjalan dapat dihubungkan dengan:

a)    berdarmawisata

b)   berjalan-jalan

c)    bertamasya

d)   makan angin

e)    pesiar

3)   Pengklasifikasian

Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas.

4)   Pendefinisian

Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat dan sesuai dengan konteks.

    Kelemahan Analisis Komponen Makna Menggunakan Pembagian Biner

Di samping memiliki beberpa mamfaat, analisis komponen makna juga memiliki keterbatasan. Analisis komponen makna tidak dapat diterapkan pada semua kata, karena komponen makna kata berubah-ubah, bervariasi dan bertumpang tindih. Analisis komponen makna lebih banyak dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan pada kelas kata verba, atau adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat diberi ciri-ciri semantik.

Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian biner banyak kelemahanya tetapi cara ini banyak manfaatnya untuk memahami makna kalimat. Para tata bahasawan tranformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap anlisis komponen makna ini menjadi meningkat. Analisis semantic kata yang dibuat seperti diatas tentu banyak memberi manfaat dalam memahami makna-makna kalimat, tetapi pembuatan daftar kosa kata dengan disertai ciri-ciri semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.

I.    Hubungan Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis

Dalam kajian linguistik, kita mengenal apa yang disebut dengan fonologi (ilmu al-ashwat), morfologi (ash-sharf), dan sintaksis (an-nahwu). Fonologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan dan mengidentifikasi kata-kata tertentu (Al-Wasilah, 1985). Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari pembentukan kata (Yule, 1985). Sementara itu, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa (Levinson, 1992), yakni hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya dalam suatu kalimat. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya (Umar, 1982). Perhatikan contoh berikut ini.

Contoh A. 1

(1) انت تكنس البلاط.

(2) انت تكنس البلاط؟

Apabila kalimat (1) dan (2) pada A.1 tersebut diungkapkan secara lisan dengan nada yang sama (nada datar), maka keduanya memiliki makna yang sama. Akan tetapi, apabila diungkapkan dengan nada yang berbeda, maka kedua kalimat tersebut mempunyai makna yang berbeda. Kalimat (1) bernada informatif (memberi informasi), sedangkan kalimat (2) bernada introgatif (bertanya). Secara semantik, keduanya memiliki makna yang berbeda karena perbedaan nada.

Dengan demikian, bunyi suatu ujaran (nada) mempengaruhi makna. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila Umar (1982) menyatakan bahwa tanghim (nada suara) dan nabr (tekanan suara) termasuk kalimat (jumlah).

Contoh A.2

(1) غفر الله ذنوبنا

(2) استغفرنا الله

(3) جلس علي على الكرسي

(4) أجلس علي الطفل على الكرسي

Kata yang digarisbawahi pada kalimat (1) dan pada kalimat (2) berasal dari akar kata yang sama, yaitu غ - ف - ر . Akan tetapi, setelah mengalami proses morfologis, maka keduanya memiliki makna yang berbeda. Kata pada kalimat (1) berarti mengampuni (Tuhan mengampuni dosa-dosa kita), sementara itu kata pada kalimat (2) berarti ‘meminta ampun’ (lith- thalab). Dengan demikian huruf tambahan (afiksasi) berupa ا- س - تpada awal kata mempunyai arti, sehingga kalimat (2) di atas berarti Kami (telah) meminta ampun kepada Allah.

Hal yang sama juga terjadi pada kata yang digarisbawahi dalam kalimat (3) dan (4). Keduanya berasal dari akar kata yang sama (ج-ل-س).

Akan tetapi, karena mengalami proses morfologis, maka kedua kata tersebut memiliki makna yang berda. Kata yang digarisbawahi pada kalimat (3) merupakan verba intransitif (fi’l lazim), sementara itu, pada kalimat (4) disebut verba transitif (fi’l mutta’addi). Dengan demikian, kalimat (3) berarti ‘Ali duduk di atas kursi’, sedangkan kalimat (4) berarti ‘Ali mendudukkan anak kecil di atas kursi. Dari contoh A2 (1), (2), (3) dan (4) di atas dapat disimpulkan, bahwa makna dipengaruhi oleh hasil proses morfologis.

Contoh A3

(1) الثعلب السريع البني كاد يقتنص الأرنب.

(2) الثعلب البني الذي كاد يقتنص الأرنب كان سريعا.

(3) الثعلب السريع الذي كاد يقتنص الأرنب كان بنيا.

Kalimat (1), (2), dan (3) pada contoh A3 di atas pada dasarnya memiliki pesan yang sama. Substansi yang dibicarakan berkisar tentang serigala yang hampir menangkap kelinci. Akan tetapi, karena kata-kata tertentu urutannya tidak sama, maka pengutamaan pesan yang dikandung oleh ketiganya berbeda (Umar, 1982). Pesan kalimat (1) pada contoh A3 lebih menekankan pada serigala yang cepat dan berwarna coklat (kecepatan berlari dan warna serigala), pesan kalimat (2) pada contoh A3 lebih menekankan identitas warna serigala (coklat), sedangkan pesan kalimat (3) lebih menekankan pada kecepatan lari serigala.

Sebagai pembanding dari contoh A.3, perhatikan contoh A.4 berikut ini.

Contoh A 4.

1. Orang tua itu putus asa dan bunuh diri.

2. Pemudah itu bekerja keras dan berhasil.

3. Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa.

4. Pemuda itu berhasil karena bekerja keras.

Kalimat (1) (3) dan (2) (4) pada contoh A4 pada dasarnya mempunyai pesan yang kurang lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat (dua kluasa). Perbedaannya pada pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa. Pesan yang ditekankan pada (1) adalah keputusasaan orang tua (klausa pertama sebagai klausa primer) yang merupakan sebab, sementara itu klausa “bunuh diri” sebagai klausa kedua (skunder) merupakan akibat. Dengan demikian, pesan yang ditekankan adalah sebab, bukan akibat. Sebaliknya, pesan yang ditekankan pada kalimat (3) adalah akibat, yakni bunuh diri, sedangkan klausa sebab merupakan klausa skunder. Hal yang sama juga terjadi pada kalimat (2) dan (4). Dengan demikian, urutan kata dalam suatu struktur kalimat mempengaruhi makna.

Semantik sebagai studi makna bukan saja berkaitan dengan cabang linguistik lainnya (fonologi, morfologi, dan sintaksis), tetapi juga berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Disiplin ilmu yang dimaksud misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat. Antropologi berkepentingan di bidang semantik, antara lain karena analisis makna di dalam bahasa dapat menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa secara praktis. Sosiologi memiliki kepentingan dengan semantik, karena ungkapan atau ekspresi tertentu menandai kelompok sosial atau identitas sosial tertentu. Psikologi berhubungan erat dengan semantik, karena psikologi memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia secara verbal atau nonverbal. Sementara itu, filsafat berhubungan erat dengan semantik karena persoalan makna tertentu dapat dijelaskan secara filosofis, misalnya makna ungkapan dan peribahasa (Djajasudarma, 1999). Hubungan antara semantik dengan studi lainnya dapat ditampilkan pada diagram 01.

J.    MANFAAT SEMANTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalam studi umum bahasa. Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa akuisisi (bagaimana pengguna bahasa memperoleh makna, sebagai pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan perubahan bahasa (bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk memahami bahasa dalam kontekssosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti, dan untuk memahami jenis bahasaInggris dan efek gaya.

 Oleh karena itu, salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik. Kajian semantik meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup, ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan dan mengulangi.Makna bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks.Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa.Dalam konsep ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.

Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi diluar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu peristiwa ujaran. Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua,kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaansuatu bahasa.Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik  penting untuk dipahami. Contoh, pengertian  sense berbeda dari pengertian reference.

Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran dan proposisi perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiridari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandaioleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimatlazimnya lebih memusatkan pada konteks tata bahasa dan unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja. Beberapa daerah yang penting dari teori semantik atau ajaran yang dipelajari sematik diantaranya yaitu:

* Simbol dan rujukan

*Konsepsi makna

* Kata-kata dan lexemes

* Denotasi, konotasi, implikasi

* Pragmatik

* Ambiguitas

* Metaphor, simile dan symbol

* Semantic bidang

* Sinonim, antonim dan hyponym

* Collocation, ekspresi tetap dan idiom

* Semantic perubahan dan etimologi* Polisemi

* Homonimi, homofon dan homographs

* Leksikologi dan leksikografi

* Thesauruses, perpustakaan dan Web portal

* Epistemologi

Jadi, dengan memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan memperlancar dalam pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya kedua bidang bahasa ini saling berhubungan danmenunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahamidengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar gramatika.

Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Jenis – Jenis Makna : Makna Leksikal, Makna Gramatikal, Makna Kontekstual,Makna referansial, Makna kognitif, Makna konseptual, Makna asosiatif, Makna idiom, dan Makna pribahasa.

Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat).

Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang terdapat pada kata atau unsur leksikal

kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan.

Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.

2.    Saran

Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS UI.

http://anaksastra.blogspot.com/2008/11/sejarah-semantik.html

http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-beberapa.html